YKPI Perkuat Peran Dokter Keluarga dalam Pendampingan Pasien Kanker Payudara

Jakarta, 25–26 Juli 2025 — Sebagai bentuk komitmen dalam meningkatkan kualitas layanan primer dan memperkuat sistem pendampingan pasien kanker payudara di Indonesia, Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) menyelenggarakan pelatihan bertajuk “Peran Dokter Keluarga dalam Pendampingan Pasien Kanker Payudara”. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari di Kampus London School of Public Relations (LSPR), Jakarta, dan merupakan hasil kolaborasi bersama Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) serta Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI).

 

Pelatihan ini digelar untuk merespons kondisi darurat kanker payudara di Indonesia yang hingga kini masih menjadi jenis kanker dengan jumlah kasus tertinggi, terutama pada perempuan. Data Globocan tahun 2020 mencatat terdapat lebih dari 68.000 kasus baru kanker payudara, dengan angka kematian mencapai lebih dari 22.000 jiwa per tahun. Ironisnya, mayoritas pasien baru menyadari penyakitnya ketika telah berada pada stadium lanjut. Situasi ini mendorong pentingnya peran deteksi dini kanker payudara, baik melalui SADARI (periksa payudara sendiri) maupun SADANIS (pemeriksaan payudara secara klinis).

 

Dalam sambutan pembuka, Ketua Umum YKPI, Linda Agum Gumelar, menekankan bahwa peran dokter keluarga sering kali diabaikan dalam sistem layanan kanker, padahal mereka adalah pihak pertama yang ditemui pasien. Ia menyoroti bahwa dokter keluarga bukan hanya memiliki pengetahuan medis mengenai pasien, tetapi juga pemahaman emosional yang mendalam. Menurut Linda, pendampingan yang penuh empati justru kerap bermula dari ruang praktik sederhana milik dokter keluarga, jauh sebelum pasien tiba di rumah sakit rujukan.

 

Lebih lanjut, Linda mengajak para peserta pelatihan untuk tidak sekadar memahami aspek teknis seperti SADARI dan SADANIS, tetapi juga menjadi figur yang mampu membangun jembatan komunikasi dan kepercayaan antara pasien, keluarga, dan sistem rujukan. Ia menyampaikan harapan agar kolaborasi antara yayasan, pemerintah, rumah sakit, dan dokter keluarga dapat membentuk sistem pendampingan pasien kanker payudara yang menyeluruh dan berkelanjutan.

 

Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari Dr. (H.C.) Prita Kemal Gani, pendiri LSPR, yang secara pribadi memiliki pengalaman mendampingi ibunya dalam melawan kanker payudara. Dalam sambutannya, Prita menyoroti pentingnya komunikasi efektif dalam situasi krisis, khususnya ketika menyampaikan diagnosis atau kabar buruk. Ia menegaskan bahwa penyampaian yang penuh empati dapat mengubah ketakutan menjadi kekuatan untuk berjuang bersama, serta memperkuat semangat pasien dan keluarga dalam menjalani pengobatan.

 

Selama dua hari pelatihan, sebanyak 40 dokter keluarga dari wilayah Jakarta mengikuti serangkaian materi yang dirancang untuk memperkaya pemahaman mereka tentang aspek medis, psikologis, dan komunikasi dalam mendampingi pasien kanker. Para narasumber berasal dari berbagai bidang, mulai dari spesialis bedah onkologi hingga psikolog klinis. Beberapa materi penting yang disampaikan antara lain adalah pendekatan Global Breast Cancer Initiative (GBCI) dari WHO, komunikasi efektif dengan pasien kanker, dampak psikologis kanker payudara, serta penanganan klinis seperti mastektomi, terapi sistemik, dan kegawatdaruratan onkologi.

 

Salah satu narasumber, dr. Dhanasari Vidiawati, menegaskan bahwa dokter keluarga bukan sekadar mitra medis, melainkan juga mitra emosi yang harus hadir secara utuh dalam perjalanan pasien, dari awal diagnosis hingga masa pemulihan. Senada dengan itu, Nelly Hursepuny, psikolog yang turut mengisi pelatihan, menekankan bahwa pendampingan pasien kanker tidak hanya soal medis, tetapi juga soal memahami rasa takut dan perjuangan mereka.

 

Pelatihan ini merupakan implementasi dari nota kesepahaman yang telah ditandatangani antara YKPI, PERABOI, dan PDKI pada Mei 2023, yang bertujuan memperkuat sinergi lintas profesi dalam penanganan kanker payudara. Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan penuh dari YKPI, sebagai bentuk kontribusi aktif dalam membangun budaya deteksi dini kanker payudara dan memperkuat sistem layanan primer yang responsif dan empatik.

 

Dengan pelatihan ini, YKPI berharap semakin banyak dokter keluarga yang siap menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan yang bukan hanya profesional secara medis, tetapi juga menyentuh secara emosional. Karena pada akhirnya, keberhasilan menghadapi kanker payudara bukan hanya ditentukan oleh teknologi medis, tetapi juga oleh kualitas hubungan antara pasien, tenaga medis, dan keluarga yang mendampinginya.